PWA atau Progressive Web App adalah suatu metode dimana web aplikasi anda dapat memiliki user experience seperti layaknya aplikasi mobile. Sejak pertama istilah ini dikenalkan oleh Eric bidelman pada 2016. Tapi, sejatinya konsep PWA ini pertama kali dikenalkan oleh Steve Jobs pada 2007, mungkin memang karena Steve Jobs terlalu maju pada zamannya atau karena konsep ini dibuat untuk menaikkan popularitas iPhone sehingga konsep ini seakan mati suri selama hampir satu dekade.
Kembali ke 2023, PWA sendiri di Indonesia seakan naik turun dan masih kalah pamor oleh native mobile application. Mengapa demikian? semua itu tidak lepas karena usia PWA yang masih muda. Browser support juga menjadi salah satu hal kenapa PWA tidak langsung gas pol ketika pertama kali dikenalkan. Apple sendiri baru menyatakan dukungannya terhadap PWA pada 2018, hal ini juga tidak lepas dari limitasi dari browser-nya “Safari”. Ini membuat PWA tidak sepenuhnya memiliki kendali untuk fitur-fitur native mobile seperti bluetooth sharing, location (pada saat itu belum didukung sepenuhnya), sampai ke fitur biometric.
Namun demikian, PWA tetap terus berkembang dan menjadi lebih baik. Bahkan ada kemungkinan bahwa cepat atau lambat PWA akan menggantikan aplikasi native mobile. Mengingat PWA layaknya web app bisa sangat cepat dan mereka dibangun menggunakan satu code base, sehingga secara development pun tentu lebih cepat dan sangat cost efisien. Dan hal tersebut juga mendukung untuk waktu rilis yang lebih singkat.
PWA adalah masa depan dari mobile app, dengan biaya development yang efisien dan efektif semakin banyak perusahaan yang sadar akan potensi yang dimiliki oleh PWA. PWA juga memiliki keunggulan terhadap native mobile app seperti waktu tunggu yang singkat, kemampuan offline dan akses ke fitur perangkat, PWA diharapkan dapat menjadi lebih baik dan semakin banyak digunakan dalam ekosistem internet kedepannya.